Kamis, 10 Januari 2019

Berpisah Itu Mudah (Verse 1 - Part 1) - Cerpen


WEBSTA @rianne.meijer When the outfits are way too matchy matchy without even trying you know you've been hanging out too much
"Aish, bosannyaaa," keluhku sambil merenggangkan tubuh. Hal yang menyebalkan sekaligus menyenangkan dari bekerja adalah saat tidak ada kerjaan. Kalau sedang stress, tentu saat-saat sepi laporan akan jadi menyenangkan. Tapi kali ini, saat-saat gabut seperti ini malah membuatku bosan.

Aku akhirnya mengambil earphone-ku dan membuka aplikasi YouTube, siapa tau ada video menarik yang bisa mengusir rasa bosan. Setelah jempolku men-scroll layar beberapa kali, aku tertarik dengan satu video, itu adalah video klip lagu Rizky Febian dan Mikha Tambayong. Yaa, aku sudah mendengar beritanya kalau mereka berkolaborasi, jadi ini hasilnya. Karena penasaran, kuputar video itu. Suara gitar nan lembut mulai mengalun. Aih, ternyata lagi ini enak juga. Eh? Sial, mengapa lagu ini rasanya pas banget sih. Aih, aku jadi teringat lagi padanya, padahal sudah susah payah aku mencoba melupakannya. ***
Makan di resto terenak 
Membaca di sudut paling tenang 
Menonton pertunjukkan music 
Telusuri jalanan dari malam hingga pagi ~ 
"Eh, gw bosen. Pergi main yuk," ajaknya saat itu lewat aplikasi chatting
"Pergi ke mana?" balasku bingung. Memang dia sangat sulit ditebak, terkadang mau ini, terkadang mau itu. Dan satu lagi, suka mendadak. Mendadak ngajak ke sini, mendadak beli makanan yang dia suka untuk kucoba juga.
"Mau ke Festival City Link ga?"
"Hah, gile ini udah malem nih. gw juga lagi bokek tau" balasku setelah melihat jam dinding. Sekarang kira-kira pukul enam sore. Menunggu dia menjemput kira-kira setengah jam, berarti setengah tujuh. Pergi ke FCL setengah jam, berarti baru jam 7 sampai di sana.
"Gw traktir, buru. Jadi gimana? Mau nggak?" tanyanya lagi. Aish, sulit menolak tawarannya yang menggiurkan. Bagaikan oasis di tengah padang gurun, aku yang sedang stress tiba-tiba diajak jalan-jalan? Benar-benar tawaran di waktu yang tepat. 
"Iya-iya, gw ijin bentar ke bapake bentar ya," balasku akhirnya. 
"Sip," balasnya. Aku langsung menghampiri Papa. Aih, entah sudah berapa ribu kali aku minta ijin untuk pergi bersama teman, selalu menegangkan dan menakutkan rasanya. Akhirnya, aku memberanikan diri dan voila, ternyata aku diperbolehkan. Senangnya bisa jalan-jalan. Aku langsung mengetik pesan padanya yang berkata kalau aku diperbolehkan untuk pergi. Dan dia membalas kalau ia akan segera pergi ke rumahku. Aku pun segera bersiap-siap untuk pergi. Sekedar mengganti baju rumahan dengan baju yang lebih bagus, celana panjang, menyisir rambut, dan.. Hmm, dia biasanya menyetir mobil, oke tidak perlu jaket. Make up? Tidak perlu hahhahaha. Sambil menunggu dia sampai, aku memainkan ponselku sembari mengisi daya hapeku. Aih, lumayan lama juga ya. Tiba-tiba dia mengirim pesan kalau dia sudah sampai di depan rumahku. Aku langsung menarik kabel chargerku dan mengambil tasku. Sebelum aku keluar, mama bertanya mengapa aku tidak membawa jaket. Aku bilang kan perginya pakai mobil. 
"Eh? Dia nggak bawa mobil kok, itu pake motor," jawab Mama. Eih? Bingung, akupun keluar rumah, dan ternyata benar. Dia tidak menyetir mobil hari ini. Aku langsung menghampirinya.
"Bentar ya, gw ambil jaket dulu, hehe."
Setelahnya aku langsung berlari lagi ke kamar dan mengambil jaketku. Siap! Jalan! Sebelum ini, dia juga pernah mengajakku pergi jalan-jalan. Tujuannya pergi ke daerah Gempol. Agak abstrak memang, tapi menyenangkan. Mungkin sudah dua kali aku dan dia ke sana. Di sana ada rumah saudaranya, jadi dia mengajakku ke sana. Dan dua kali itu pula kami memakai mobil, jadi aku berpikir kalau hari ini juga akan pakai mobil. Ah, aku ke-geer-an. Tapi, tak ada bedanya, pakai motor ataupun mobil bukan masalah. hahahahah, yang penting hari ini senang-senang. Angin malam menerpa wajahku, dingin rasanya. Tapi sejuk. Jujur, aku tidak tahu dia mau mengajakku ke mana, aku hanya ikut saja. Ya, dia orangnya penuh kejutan. Penuh spontanitas.
"Eh, ke Game Master yuk?" 
"Boleh," jawabku.
"Punya kartu game master ga?" tanyanya. 
"Eh, nggak ada. gw kan jarang main beginian," sahutku bingung. Aku malah tidak kepikiran untuk main ke game center semacam ini. 
"Gw juga lupa bawa kartunya, padahal ada banyak loh. Ya udah kita beli lagi aja yah," katanya lalu ikut masuk dalam antrean. Setelah cukup lama mengantre, akhirnya dapat kartu baru untuk main! Yay!
"Nah, mau main apa nih?" tanyanya. 
"Hmmm, kayaknya semuanya penuh deh," jawabku setelah beberapa kali kami mengelilingi area Game Master. Memang hari itu termasuk weekend, jadi wajar saja penuh. Aku lupa harinya, mungkin Jumat. 
"Hmm, yaudah kalau gitu makan dulu aja yuk," katanya. lalu kami pergi ke lantai atas, tempat khusus makanan. 
"Mau makan apa?" tanyanya sembari kami memutari food court yang berjejer. 
"Lu pengen apa?" tanyaku balik. Jujur aku blank kalau ditanya mau makan apa. Bagiku, makanan hanya ada 2 jenis. Pertama, yang enak. Kedua, yang enak pisan. Tidak ada makanan yang tidak enak. Aku akan mengatakan "makanannya tidak sesuai seleraku". hahaha
"Gw mau hokben aja," katanya. 
"Ikut, mau hokben juga," sahutku lalu mengikutinya. Kepalanya menengok ke kanan kiri. 
"Cari kursi gih, gw yang pesenin. Lu mau yang mana?"
"Bebas yang mana aja, lu yg pilihin aja," sahutku lalu aku keluar antrean dan mencari meja kosong. Hmm, memang ada meja kosong di dekat HokBen, tapi kupikir karena kami hanya berdua, lebih baik cari meja yang kecil saja. Nah, meja ini saja. 
Kulihat dia dari kejauhan sudah selesai memesan. Dia berjalan sambil membawa nampan berisi makanan kami berdua. "Oi!" panggilku smabil melambaikan tanganku. Aih, dia tidak melihatnya. Yah, memang tempat yang kupilih sulit terlihat dari tempatnya berdiri. Aku tetap mencoba memanggil namanya berkali-kali hingga akhirnya dia menoleh ke arahku. 
"Kok di sini?" tanyanya bingung.
"Iyah, di sini kan kosong," jawabku. Dia menengokkan kepalanya ke arah lain. "Di situ aja," katanya lalu berjalan ke meja yang cukup besar yang terletak di tengah-tengah. Eih? Itu meja yang sebelumnya mau kupilih tapi kutinggalkan karena alasan mejanya terlalu besar untuk dua orang. Yah, siapa tahu saja ada orang yang datang banyakan. 
"Nih," ucapnya sembari memberikan makanan jatahku. "Mau balapan makan?" tantangnya.
"Nggak ah, gw pasti kalah," tolakku sambil cengar-cengir. 
"Ayolah, ga rame ah nggak mau balapan," sahutnya lagi.
"Gw mau menikmati makanannya," aku ngeles. 
"Ya udah nggak balapan," katanya. Aku memperhatikannya, dia ini aneh. Eh, maksudku unik. Dia menumpahkan semua kuahnya ke mangkuk nasi. Ya, paket kami memang mendapat kuah, nasi, beberapa potong daging, salad, dan teh kubus. Biasanya orang-orang memakan HokBen dengan memakan nasi dan kuah terpisah. Tetapi dia mencampurnya. 
"Kok dicampur? tanyaku penasaran. 
"Iyah, enak tau. Cobain aja," jawabnya sambil terus mengunyah. Karena penasaran, aku mengikuti caranya. Kutumpahkan kuahnya ke mangkuk nasiku. Hmm, rasanya lumayan? Tapi, tak lama kemudian aku menyesal. Sumpah, karena kuahnya aku jadi cepat merasa kenyang. Dia melihatku makan yang semakin lambat.
"Eh, lu masih banyak tuh. Gw tinggal dikit. Gw menang ini mah," celetuknya sambil menyunggingkan senyum pra-kemenangannya. 
"Leh? Tadi padahal bilang nggak balapan ih," protesku. 
"Hahaha, gw menang gw menang," katanya menyulutku. Kau menyulut orang yang salah Ferguso, haha!
"Ih, nggak. Curang ih," seruku lalu mempercepat kunyahanku. Tiba-tiba, dia menerima telepon. Aku lupa, apakah itu dari mamanya atau temannya yang lain. Yes! Kesempatan menyusul. Aku cepat-cepat menghabiskan makananku. Dan, yes! Makananku habis di tengah dia yang masih menelepon.
"Yaay, gw habis duluan. Lu kalah, yey gw menang," seruku sambil menyeruput tehku dan menikmati kemenanganku. Melihatku, dia langsung menghabiskan minumnya dan makanannya. 
"Nggak! Gw menang! Hahahha!" serunya begitu minumnya habis. 
"Eh? Curang, minuman kan nggak dihitung." 
"Ahaha, namanya balapan habisin, bukan balapan makan. Gw menang," sahutnya cuek. 
"Aish, kurang ajar." Tiba-tiba dia berdiri dan berjalan. Eh? Aku ditinggal nih? Cepat-cepat kubereskan seadanya piring bekas makan kami dan mengambil tehku yang masih banyak. Lalu berjalan menyusulnya. Kebiasaan! Dia selalu meninggalkanku kalau jalan. Hobi kali ya? 
"Eh, tungguin dong!" seruku. Namun mendengarnya, dia malah berjalan semakin cepat. Akhirnya aku sampai di Game Master lagi. Dan dia hilang. Aish, dasar menyebalkan. Dengan lemas aku berjalan mengelilingi Game Master, mencarinya. Fine, tidak ketemu. Aku menyerah dan membalikkan tubuhku. 
"Hei!" sapanya tanpa merasa bersalah. Ternyata daritadi dia di belakangku! 
"Ih, daritadi gw nyariin tau," seruku. 
"Hahaha,  ya udah yuk main. Coba yang itu yuk!" Dia menunjuk salah satu box besar, bisa diisi dua orang atau lebih jika kamu kurus. Itu permainan tembak-tembakan 3D. Wow. yah, tapi kami tidak langsung main karena kacamata 3Dnya hilang 1. Dia ngotot ingin menemukan yang satunya, sampai bertanya pada pegawai di sana. tapi ternyata tidak ada. Jadinya kami tetap bermain tanpa kacamata lengkap. Aku lupa apakah aku yang memakai kacamata atau dia yang memakainya. Yang pasti, permainannya sangat seru! Hahhahha. Kau boleh bilang aku kampungan, tapi buatku ini menyenangkan. Ada efek-efek tertiup angin, karena dalam gamenya kami dalam rawa, jadi ada efek terkena air. Jujur aku kaget begitu efek airnya keluar. Karena benar-benar terasa seperti terciprat air. Sontak aku kaget dan memeriksa bajuku. Fyuh, masih kering. 
Dia mati duluan, aku akhirnya melanjutkan game sendirian. Tapi itu tidak lama karena aku juga mati setelahnya. Lalu kami keluar dan mencoba bermain game memasukkan bola basket. Ada 2 mesin, tetapi ternyata salah satu mesinnya rusak. Dan saldo kami terpotong tanpa bisa memainkannya. 
Dan dia dengan baik hati memberitahukan seorang bapak dan anaknya yang mau bermain dengan mesin itu kalau mesinnya rusak. Aih, memang dia itu unik. 
Kami juga bermain pump. Ya, kurasa itu nama permainannya. Dan, kebodohanku bermain pump dengannya. Dia itu rajanya main pump! Kemenangan mutlak untuknya dengan nilai S, sementara aku mendapat F. Sumpah malunya, tapi menyenangkan. Jadi tak masalah. 
Dan yang terakhir. Oh Tuhan, bagiku ini permainan untuk ibu-ibu atau bapak-bapak. Dia memaksaku ikut duduk di kursi pijat! Ya ampun, ini pertama kalinya aku duduk di kursi macam itu. Aku tidak mengerti mengapa orang-orang suka kursi ini. Karena kursinya memukul-mukul. 5 menit yang sangaaaaaaatttt, tak bisa kujelaskan. Dia mentertawakanku yang sebal duduk di kursi pijat. Tetapi setelahnya menghiburku, dan jujur dia berhasil. Akhirnya 5 menit yang menyiksa usai! Begitu timernya habis, aku langsung lompat dari kursiku. 
Yay! 
"Mau nonton ga?" tawarnya. Asli, hati kecilku mau. Tapi ini bahkan sudah jam sembilan.
"Gile, mau dikaplok bapak gue sampe malem banget gini," candaku. 
"Ah, yaudah gapapa lain kali. Yuk pulang aja," ajaknya. Belum sempat aku menyetujuinya, dia sudah langsung ngacir. Meninggalkanku lagi di belakang.
"Heeii! Dasar menyebalkan." Tetapi aku tetap berjalan dengan santai karena tiket parkir ada di sakuku. Dia tidak bisa keluar, haha! Dasar cowok macam apa dia ini. Padahal ada tekonolgi lift, tetapi dia memilih masuk ke area parkir dari lantai 2 dan turun. Padahal motornya diparkirkan di paling bawah. Terpaksa aku mengikutinya, dan bahkan hampir terpeleset karena sepatuku licin. Aku mengutuki flatshoesku. Harusnya aku memakai sendal jepit saja. 
Akhirnya! Sampai di basement! Ha! Pencapaianku di umur ke 16. Menuruni basement licin dengan flatshoes dan sampai dengan selamat. Kutengok kanan kiri. Kemana si monyet lincah itu? 
Tiba-tiba dia keluar dari tempat persembunyiannya dengan cengiran lebar menghiasi wajahnya. Antara sebal dan ingin tertawa karena saking kesalnya. 
"Hahahah! Lucu banget tau liat muka lu yang kayak gitu," katanya sambil berjalan mendekatiku. 
"Halah berisik, pikasebelen," sahutku. Aku tidak begitu sebal, karena aku tahu dia jahil dan jujur dia menyenangkan meski dia jahil. 
"Cepet ah pulang," kataku lagi.
"Haha, iya-iya."
Angin malam yang dingin kembali menerpa wajahku. Ah, hari yang menyenangkan. Aku tidak akan lupa. Makasih loh, ucapku dalam hati. 
***
Yah, mungkin liriknya harus kuubah untuk kenangan ini. 
Makan di Hokben balapan
Hampir menang tapi malah kalah 
Dan pergi main di Game Master 


Aah, pusing hahhaha

To be continued..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar