Jumat, 25 Agustus 2017

Backstabber (1)

"Janji yaa? Janji bakal bantuin aku deket sama dia?" tanya Alika penuh antusias.
"Iyaa, Ka. Aku janji," jawab Sella yang akan segera menjadi mak comblang antara Alika dengan Hans.
"Kamu janji nggak bakal suka sama Hans? Kan biasanya justru mak comblang yang suka sama yang dicomblanginnya," tanya Alika sekali lagi. Menyakinkan diri.
"Ka, aku janji. Aku janji akan bantuin kamu supaya deket sama dia, dan aku janji nggak akan suka sama dia, kan aku udah suka sama Nino. Nino selalu di hati kok," jawab Sella sekali lagi. Meyakinkan sahabatnya itu. Seketika, wajah muram Alika berubah dan menampakan segurat senyum lega.

•••

"Gimana nih? Kamu udah ada kabar terbaru soal Hans ga?" tanya Alika setelah 4 hari yang lalu Sella berjanji akan menjadi mak comblang untuknya.
"Hmm, kemarin aku chat sih, ya isinya gitu aja, Ka. Lagian kan nggak mungkin langsung terbuka? Aku juga masih mikirin kapan bisa pertemuin kalian. Harus perfect timing, " sahut Sella dengan tatapan mata yang fokus pada layar smartphonenya.
"Ouwh, hmm.. Okeedeh, Sell. Makasihh yaa," jawab Alika senang lalu keluar kelas sambil menggumamkan lagu kesukaannya.
"Huft, kapan ya aku bisa ngedeketin Alika sama Hans?"
Sella berjalan keluar kelas, ke kelas Hans. Matanya menangkap Nino bercanda dengan cewek lain.
Tiba-tiba Sella merasa dadanya sakit. Rasanya seperti ada sabit yang menancap di hatinya, lalu diseret tanpa diangkat. Menyebabkan luka menganga di hatinya.

•••

Esoknya, saat Alika baru datang ke sekolah. Ia kaget dengan apa yang dilihatnya. Hans! Itu Hans! Hans kini sedang berada di dekat mejanya. Deg deg deg. Alika merasa jantungnya berdegup semakin kencang seiring dengan langkahnya mendekati Hans.

Ia takut jika tiba-tiba salah tingkah, lalu melakukan sesuatu yang memalukan. Atau mungkin hal lain yang lebih parah?

Sebelum semua pikirannya selesai, tiba-tiba terdengar suara gedebug yang keras. Alika terlalu sibuk sendiri dengan pikirannya, hingga ia tidak sadar kalau tali sepatunya daritadi terlepas. Dan tentu saja, Alika jatuh di depan Hans. Suara tawa mendadak meledak di kelas. Bahkan Hans ikut tertawa terbahak-bahak sebelum akhirnya ia mengulurkan tangan untuk membantu Alika berdiri.

"Duhhh, bodoh banget. Bodoh banget pake jatoh segala," gumam Alika dalam hati sambil menerima uluran tangan Hans, lalu langsung keluar kelas lagi. Alika malu, hal yang paling ia takutkan terjadi. Jatuh di depan Hans, tapi tiba-tiba langkahnya berhenti. Ia memperhatikan tangan kanannya, tangan yang tadi menerima uluran tangan Hans. Wajah Alika yang tadinya merah karena malu, sekarang semakin merah karena bahagia.

Bagaimana tidak, tadi Hans mengulurkan tangannya untuk membantu Alika!! Oh Tuhan! Ini momen langka! Alika segera masuk ke toilet agar wajah merahnya tidak terlihat semakin banyak orang.

"Ka, kenapa mukanya merah gitu?" tanya Sella yang ternyata sedang berada di toilet juga.
"Eh, Sell. Aku baru liat kalau ada kamu. Hehe, iya. Tadi aku jatoh di depan Hans, terus dia ngakak. Tapi akhirnya ngulurin tangan buat nolong aku, Sell!!" jawab Alika dengan penuh semangat. Tak sampai sedetik kemudian, ia langsung membekap mulutnya dengan tangannya sendiri. Alika lupa kalau bukan hanya mereka berdua yang ada di toilet ini.

Alika cepat-cepat menarik Sella keluar dari toilet. Lalu menceritakan lagi dengan semangat kronologis kejadian barusan. Tanpa ia sadari, ekspresi wajah Sella berubah.

•••

Sella berjalan ke kelasnya dengan sangat lambat. Ia dilema sekarang. Ia sudah berjanji pada Alika kalau ia tidak akan suka sama Hans. Tapi rasanya, ia sudah mengingkari janjinya. Tak bisa disangkal, Hans memang punya karisma yang unik. Dan Sella menyukai karisma Hans.

Ia merasa bingung sekarang, apalagi setelah kemarin chat dengan Hans dan chatnya dibalas dengan ramah. Apalagi saat Sella hampir menyerah untuk menyukai Nino, Hans menghiburnya. Bagaimana ia tidak tambah jatuh hati dengan Hans. Rasanya ia ingin egois. Ingin rasanya ia yang dekat dengan Hans, dan melupakan janjinya dengan Alika untuk membantunya mendekati Hans.

Secara logika, tentu ia yang mempunyai kesempatan lebih besar untuk dekat dengan Hans. Toh, keputusan untuk suka dengan siapa ada di tangannya bukan? Dan tidak ada yang tahu, apakah nanti Hans akan memilihnya atau malah memilih Alika. Ya. Ia memilih untuk tetap menyukai Hans, dan menyembunyikan kebenaran itu dari Alika. Setidaknya untuk sekarang ini.

Sella sadar ia sudah berjalan sangat lambat. Ia menegakkan kepalanya yang tadinya tertunduk, dan berjalan dengan langkah lebih cepat dari sebelumnya.

•••

Alika bingung. Apakah ia harus chat Hans duluan. Hanya sekedar basa basi mungkin tidak akan menjadi masalah. Hanya saja, ia takut. Alika takut akan merespon chat Alika dengan cuek. Atau malah chatnya tidak akan dibalas?

"Huft, beranikan diri, Ka. Jangan cuma nunggu kesempatan deket dari Sella. Harus bikin kesempatan sendiri!" ucap Alika pada dirinya sendiri, lalu langsung duduk dan mengambil handphonenya yang tergeletak di meja belajarnya.

Alika kini menatap bingung layar hpnya. Apa yang harus ia ketik? Sudah 5 menit Alika masih belum mengirim pesan apapun pada Hans.  Mengetik sesuatu, kemudian menghapusnya lagi karena ia merasa tidak pas. Begitu terus selama 5 menit.

"Ya ampun, mau nyapa doang susahnya minta ampun," keluh Alika sambil menghempaskan lagi tubuhnya ke kasur. "Atau mending aku tanya Sella aja gitu yah?" Akhirnya Alika menekan tombol back dan mencari kontak Sella. Lalu memilih fitur "telepon".

Tuuuuttt... Tuuuuutt..  Tuuuuuttt..
Sudah 1 menit Alika menunggu panggilan teleponnya diangkat. Tapi ternyata sia-sia. Sella tidak mengangkat teleponnya. Aneh. Biasanya Sella selalu mengangkat telepon dari Alika. Mungkin ia sedang sibuk, batin Alika.

Tak lama, handphone Alika berdering. Dari Sella.
"Ka, kenapa nelpon?" terdengar suara Sella dari seberang.
"Oh, tadinya aku pengen coba chat Hans duluan, tapi nggak jadi, jadinya aku mau nelpon kamu, tapi nggak diangkat," jawab Alika.
"Oh, begitu. Tadi Hans ke rumah aku, hpku ketinggalan di kamar," terang Sella dengan nada yang tak biasa.
"Wah? Hans ke rumah kamu? Ngapainn Sell??" tanya Alika. Ia merasa sedikit cemburu tentu saja. Tapi Alika juga penasaran apa yang dilakukan Hans sampai ke rumah Sella.

"Dia cuman mau ngambil buku yang mau dia pinjem kok, Ka. Aku juga ngajak dia jalan-jalan. Sekalian bikin kalian ketemu."
"Wahh? Bagus Sell! Kamu hebat deh. Aku perlu ajak Nino nggak? Supaya nanti nggak ada yang jadi obat nyamuk? Sekalian kamu juga bisa pdkt sama Nino, kan?" jawab Alika dengan penuh semangat. Ia sangat senang. Dan tidak sabar kapan hari ia dan Hans bisa jalan bareng, meski banyakan. Tapi Alika tetap senang.
"Boleh tuh, Ka. Hari Rabu nanti, pulang sekolah ya, ke mall deket sekolah," jawab Sella.
"Siap deh, Sell!! Aku jadi nggak sabar, aku bakal pastiin Nino ikut kok! Bye, Sell!"

Alika menutup telepon. Ah, Rabu nanti. Apakah akan jadi hari paling membahagiakan yang akan selalu kuingat, atau malah akan jadi hari yang selalu ingin aku lupakan?
Aku tidak tahu jawabannya.

To be continued...
.
.
Story : made by admin - request from our beloved reader ❤
Want to req story for "Short Love Story" or "A.M. Diary"?? Please DM on instagram : @bellareginaa_ (fast respon) or email to : bellareginaprasetjia786@gmail.com (slow respon)

4 komentar: